Minggu, Oktober 06, 2019

Ikatan Batin Papa dan Labibah




"Ma ... Papa menggigil, badan meriang, dan pusing."

Pesan WA di jam kerja seperti ini langka saya terima. Pikiran langsung tertuju kepada Si Bungsu yang sedang berada di kaki gunung. Dia tak dibekali handphone dan tak bisa sembarang komunikasi dengan orang tua selain pada jadwal dan jatah waktu yang sudah ditentukan.

Belajar dari beberapa pengalaman, biasanya jika Si Bungsu sakit, Papanya juga ikut merasakan. Inilah yang membuat Mama Ida semakin gencar berdoa agar Si Bungsu selalu dalam lindungan-Nya.

Pada hari Rabu tersebut, Papa Dedy Wicaksono pulang lebih awal dari biasa, menjelang maghrib sudah di rumah. Padahal biasanya jam 9 atau 10 malam baru pulang. Mama rawat Papa sepenuh hati hingga keesokan hari tetap bisa ke kampus. Alhamdulillah.

Tiga hari berlalu ... Weekend telah tiba. Di awal pagi, kami menuju kaki gunung Salak menemui bidadari kecil kami. Ah benar saja. Sinyal ikatan batin antara Papa dan Si Bungsu terbukti lagi walaupun tanpa komunikasi teknologi canggih. Cukup lewat "kode sakit" yang dirasakan keduanya.

Kami bertemu ... Si Bungsu sedang dalam kondisi sakit, badannya panas dan wajahnya lesu. Pelukan hangat dan kecupan sayang kami berikan dengan segenap jiwa. Air mata mengalir membasahi pipi putri kecil kami. Dia mengatakan sudah sakit sejak Rabu lalu. Wah persis saat Mama Ida terima WA dari Papa Dedy.

Kami bawa ke klinik. Alhamdulillah beruntung dokternya enak diajak diskusi. Beberapa pertanyaan terjawab dengan tuntas untuk penyebab dan cara perawatan Si Bungsu agar segera pulih. Dokter memberikan beberapa jenis obat yang harus diminum sebelum dan setelah makan.Menurut dokter, sakit Si Bungsu akibat sering perut kosong dan badannya sering panas karena kurang minum air. Dokter meminta untuk menghindari makanan pedas, asam, dan yang digoreng.

Pulang dari dokter, kami ajak Si Bungsu mampir untuk "perbaikan" gizi dan membeli segala perlengkapan yang diperlukannya serta banyak makanan yang disukainya. Sepanjang bersama, mengalir cerita kesehariannya. Papa dan Mama selalu menanggapi dengan santai dan berusaha menghibur kegundahannya. Tawa lepas dan senyum bahagia tak pernah putus menghiasi bibir mungilnya.

Si Bungsu ingin izin pulang ke rumah untuk beberapa hari. Papa Dedy memberi semangat agar tetap karena menurut dokter sakitnya tidak serius asal mau mengikuti pola makan dan minum yang dianjurkan dokter. Sebagai orang tua yang mencintainya, tentu kami berat melepaskannya berjuang menuntut ilmu dlaam kondisi yang sakit. Tapi kami yakin, Si Bungsu akan kuat dan selalu dalam lindungan-Nya.

Selanjutnya kami mengantar Si Bungsu kembali untuk berjuang di kaki gunung. Selamat belajar dengan penuh semangat bidadari kecil kesayangan kami .... Sehat selalu yaa sayangku...