Selasa, November 18, 2014

HNP (Urat Terjepit)

[Arsip Kelas Senin, 17 November 2014]


Assalamu'alaikum wr.wb.

Salam sayang buat semua penghuni di grup tercinta ini ^_^

Apa kabar? Semoga semua dalam kondisi sehat yaa


Teman-teman, hari ini kita akan membaca artilek milik seorang sahabat saya^_^

Artikel ini tentang HNP atau kadang dikenal sebagai "urat terjepit".

Silakan sharing jika ada yang punya pengalaman atau tautan yang terkait tema kita hari ini. Terima kasih.

Semoga bermanfaat bagi kita.


Salam sayang selalu dari Johor Bahru,

wassalam,

Ida Fauziah


**** *** ***

Pengantar penulis:

Aku tak menyesali bahwa kisah hidupku dan Akang tengah dihiasi oleh semburat warna kelabu bernama Hernia Nucleus Pulposus. Aku tak marah pada Tuhan, karena sudah memberi warna yang berbeda dari warna cerah ceria yang biasa Dia taburkan dalam kehidupan kami.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah nyeri yang disebabkan keadaan dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gell disc atau nucleus pulposus) mengalami perubahan atau gangguan. Orang awam menyebut keadaan ini sebagai “ urat terjepit”.
Kisah ini tentang sebuah penyakit yang mendatangkan nyeri luar biasa, tapi juga tentang cinta yang bukan sekedar kata, dan indahnya berkah silaturrahmi.


Artikel utama:

Hernia Nucleus Pulposus, Sebuah Warna Kehidupan


Jatuh

Selepas shalat Isya Minggu malam 26Oktober 2014, aku berdiri menatap Rafif melalui pintu kamar mandi lantai atasyang terbuka. Si bungsu  yang  berusia 9 tahun itu asyik main air padahal seharusnya dia mandi. Tampaknya tak bisadibiarkan, aku harus  turun tanganmemandikannya. Kalau tidak, anak lelaki itu takkan berhenti menghambur-hamburkanair sepanjang malam.

“Neng, Akang pergi dulu sebentar. Maubeli pulsa tol untuk ke kantor besok pagi.” Terdengar suara suamiku, si Akangdari lantai bawah.

“Iya. Hati-hati, Kang!” Teriakku.

Perhatianku kembali terfokus padaRafif. Sekarang dia asyik bermain busa shampo. Dengan jari-jari dia membentuk“balon” busa, lalu meniupnya hingga pecah.

Aku menyiramkan air hangat darishower ke kepala Rafif. Dia berteriak protes. Habislah busa shampo di kepaladan tangannya tersiram air.

Ketika aku mengambil handuk untukmengeringkan rambut Rafif, terdengar Akang memanggilku.

“ Neng, antar Akang ke dokter. Tadijatuh dari motor!” Teriakan  itu membuatkukaget.

“ Ya Allah...”

Aku  memberikan handuk kepada si sulung, Anin.

“Tolong urus adik dulu, Nak. Mama maumengantar Bapak berobat. “

Aku bergegas turun. Kudapati Akangkeluar dari kamar mandi dengan tangan basah. Pandanganku beralih pada celanajeans-nya yang telah robek tak karuan. Dua luka berwujud lubang berdarah tampak di dengkul dan mata kakikirinya.

“Astagfirullah...” Teriakku. Hatikucemas, jantung berdebar keras. Secepatnya aku mengantar Akang ke instansi gawat darurat sebuah rumah sakitswasta.

5 jahitan di dengkul kiri, 3 jahitandi dekat mata kaki kiri, lalu lecet di tangan kanan dan luka-luka di tangan kirinya. Begitulah kondisi Akangsetelah jatuh dari motor.

Percuma saja bertanya-tanya kenapahal ini bisa terjadi, yang jelas semua ini sudah digariskan dalam skenarioNya.

Besok paginya, luka jahitan di kakiAkang menimbulkan nyeri yang mengiris. Aku melihat kaki Akang bengkak. Sudahpasti dia tak mampu berjalan sehingga hari ini tidakbisa berangkat ke kantornya di Jakarta.
Sepanjang hari aku mendampingi Akang.Ketika dia ingin ke toilet, aku membantu memapah lengan kirinya. Karena takbisa berjalan, dia meloncat-loncat dengan kaki kanan. Ketika terduduk ditoilet, Akang mengaduh.

“Sakit sekali..sepertinya ada ototyang tertarik, Neng. Padahal tadi pinggang tidak sakit. Sepertinya salah posisiduduk.” Keluh Akang.

Hari-hari berlalu, nyeri di pinggangbelakang Akang makin parah.  Dia tak bisaduduk, kalau dipaksa duduk nyeri bertambah hebat. Berdiri pun sakitsekali.  Sakit saat berdiri bukan hanyadatang dari pinggangnya tapi juga dari luka jahitan di kaki kiri. Satu-satunyaposisi yang agak lumayan adalah berbaring, itupun  gelisah harus mencari-cari posisi yang tepat  menghindari nyeri. 
Hingga Jum’at 31 Oktober, dokterperusahaan datang berkunjung ke rumah. Dia menyarankan Akang untuk melakukanMRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui kondisi di ruas tulangpinggang dan syarafnya.

Proses MRI

Sebenarnya sejak tahun 2005 Akang sudah beberapa kali pernahdicoba untuk di MRI, tapi selalu gagal. Penyebab gagalnya karena ternyata Akangmengidap claustrophobia atau phobia ruang sempit! Lelaki separuh jiwaku itu takbisa berbaring tenang dalam lorong sempit mesin MRI. Nafasnya menjadi  sesak dan panik hingga dia bergerak terus.Akibatnya pemeriksaan MRI pun tidak berhasil. Meski sudah dicoba menenenangkan diri, memejamkan mata, mengucapkan doadan shalawat, membayangkan hal-hal yang menyenangkan ketika berada dalam mesinMRI, tetap  saja gagal.

Tapi kali ini, pemeriksaan MRI sangat dibutuhkan untuk mengetahui langkah pengobatanapa yang tepat untuk penyakitnya, harus diupayakan cara lain supaya Akangtenang selama proses pemeriksaan MRI berlangsung.

Malam itu aku menelepon rumahsakit  Pertamedika Sentul City, berkoordinasidengan petugas rumah sakit untuk mengatur konsultasi dengan dokter bedah syarafdan menyiapkan pemeriksaan MRI dengan kehadiran dokter ahli anestesi. Akandiupayakan pemeriksaan MRI untuk Akang dengan cara melakukan bius, supayaselama proses pemeriksaan Akang bisa berbaring tenang.
Rumah Sakit Pertamedika Sentul City
Kenapa memilih rumah sakitPertamedika Sentul ? Ya karena di Bogor belum ada satu pun rumah sakit yangmemiliki fasilitas MRI. Pertamedika Sentul adalah rumah sakit terdekat dariBogor yang memiliki fasilitas ini. Rumah sakit ini baru beroperasi selama 1tahun. Pelayanannya baik. Para suster, dokter maupun tenaga medis lainnya ramahdan cepat tanggap.  Baru sekali ini akumenemukan rumah sakit yang menyediakan makanan untuk keluarga yang menungguipasiennya, meskipun fasilitas makanan untuk keluarga pasien  hanya tersedia  untuk kelas VIP  ke atas. Karena masih melakukan pembangunanbertahap, rumah sakit ini belum memiliki kantin, hanya ada sebuah toko rotiyang terletak di lobby-nya. Jadi kalau ingin membeli  makanan atau kebutuhan lain, harus berbelanjake supermarket besar yang terletak di gedung sebelah. Bisa ditempuh dengan jalan kaki dengan jarak sekitar 100meter.

Sabtu 1 November 2014, jam 9.30 pagi kami berangkat dari rumah menuju Rumah Sakit Pertamedika. Sepanjang perjalanan aku melihat Akang mengatupkan mulutnya dengan kuat.  Butiran keringat dingin membasahi dahinya, karena menahan sakit yang amat sangat. Jam 10.30 kami tiba di  Rumah Sakit. Petugasrumah sakit langsung menyambut dengan mendorong brankar ( ranjang beroda untuk  mindahkan pasien). Akang dibawa ke ruangemergency lalu di periksa tekanan darahnya sambil menunggu dokter   bedahsyaraf datang.
Ketika dokter datang, aku menyerahkanhasil CT scan tulang belakang yang pernah dilakukan sebelumnya. Setelahmemperoleh penjelasan kronologis penyakit, dokter itu meneliti hasil rontgen dan CT scan.

“Kelihatannya Bapak menderita HerniaNucleus Pulposus. Dari pemeriksaan CT Scan ini terlihat ada bantalan tulanglumbal yang mendesak ke sumsum tulang belakang. Tapi memang harus dilakukanpemeriksaan MRI supaya jelas masalahnya.” Ujar dokter M.Agus Aulia, SpBS.

Di hari yang sama, MRI dilakukandengan bantuan dokter ahli anestesi, DR. dr. Dyah Yarlitasari, SpAn. Sebelumnyadokter memberi motivasi pada Akang untuk membantu  proses pemeriksaan MRIberlangsung lancar.

Aku ikut mendampingi Akang danmelihat proses ketika hidungnya dipasangi selang  oxygen, dan obat bius diinjeksi  lewat infus untuk membuatnya tertidur. Dariruang kontrol yang  berada di sebelahruang MRI, aku bisa mengawasi dengan jelas melalui kaca dan layar monitor.Tubuh Akang perlahan bergerak “tertelan” ruang sempit mesin MRI yang berbentuklingkaran pas seukuran tubuhnya.
Ilustrasi Pemeriksaan MRI. Sumber : internet
Aku, dokter, perawat dan petugasradiologi menanti dengan tegang proses MRI berlangsung.

“Mudah-mudahan dia tidak bangun saatproses masih berlangsung. Soalnya obat bius yang saya berikan hanya membuat diatertidur di permukaan,  bukan tidur yangdalam. Saya khawatir bunyi berdentam-dentam  dari mesin MRImembangunkannya. “ dokter berkata dengan sedikit cemas.

Layar komputer di ruang kontrolmenampakkan gambar-gambar siluet tulang belakang bagian pinggang. Petugas  radiologi mengolah gambar itu dengan  program tertentu. 


Ilustrasi MRI Control Room

“Tampaknya tak ada cara lain. Iniharus dioperasi. “  dokter anestesi  berucap lirih kala meneliti gambar-gambar dilayar komputer .

Dokter itu menatapku. Sekali lagi diaberkata. “ Harus dioperasi, Bu.”

Aku diam membeku, berusahamenetralisir rasa ngeri. Bibirku kelu, tak mampu merespon ucapannya.
Lima belas menit berlalu, tiba-tibadi sepertiga proses akhir pengambilan gambar MRI, aku melihat jari-jari Akangbergerak. Geraknya ritmik, seolah memberi tahu kalau dia sudah sadar.

“Aduh..dia bangun! Kuat sekali dia,padahal saya sudah memberi dua dosis obat lho. “ dokter itu berucap cemas.

“ Mudah-mudahan dia tetap tenang, dok.”Sahutku.

Untunglah 5 menit sisa waktu ituberlalu dengan sukses. Semua proses pengambilan gambar berhasil dilakukan. Akuberterima kasih dan dokter anestesi tersenyum gembira karena berhasilmenjalankan misinya.

Perlahan tubuh Akang yang terbaringdiatas conveyor bergerak keluar  terowongan sempit itu.  Alhamdulillah, dia tak panik.

Hernia Nucleus Pulposus

Hasil MRI  menegaskan dugaan sebelumnya. Akang terbuktimenderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Sebenarnya penyakit ini sudahterdeteksi sejak tahun 2005 melalui hasil rontgen. Terdapat bantalan tulang  yang sudah tidak bagus pada lumbal (tulangpinggang) ruas 3, 4 dan 5. Akang kadang-kadang merasa nyeri di pinggangnyaterutama setelah melakukan aktivitas terlalu lama duduk. Tapi nyeri itu seringsembuh sendiri sehingga Akang mengabaikannya.

Tulang belakang tersusun atasruas-ruas tulang yang dihubungkan menjadi satu kesatuan melalui persendian,mulai dari daerah leher sampai tulang ekor. Ruas tulang yang di atasdihubungkan dengan ruas di bawahnya oleh sebuah bantalan yang disebut diskusintervertebralis (persendian pada tulang belakang). Di dalam bantalan ruastulang belakang tersebut, terdapat suatu bahan pengisi seperti jeli kenyal yangdisebut nucleus pulposus. Seperti pada mobil dan motor, bantalan tersebutberfungsi sebagai  “shock breaker”(peredam getaran) dan memungkinkan tulang belakang dapat bergerak lentur.
Struktur Nucleus Pulposus
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalahnyeri yang disebabkan keadaan di mana bantalan lunak di antara ruas-ruas tulangbelakang (soft gell disc atau nucleus pulposus) mengalami perubahan ataugangguan.  Orang awam menyebut keadaanini sebagai “ urat terjepit”. Ada dua kasus HNP sebagai berikut :

1. Ketika nucleus pulposus mengalamitekanan dan pecah, sehingga urat-urat syaraf yang melalui tulang belakangterjepit.

2.  Keluarnya nucleus pulposus melaluirobekan annulus fibrosus (pembungkus nucleus pulposus)  menekan medula spinalis. Medula spinalis  adalah jaringan saraf berbentuk seperti kabel putihyang memanjang dari medula oblongata turun melalui tulang belakang danbercabang ke berbagai bagian tubuh.  Medula spinalismerupakan bagian utama dari sistem saraf pusat yang melakukan impuls sarafsensorik dan motorik dari dan ke otak. Disebut juga saraf tulang belakang atausumsum tulang belakang.

Kedua keadaan itu menyebabkan nyeriyang hebat. Bahkan pada kasus yang parah bisa menyebabkan kelumpuhan.
Gambar ilustrasi Hernia Nucleus Pulposus


Hernia Nucleus PulposusPada Akang, kasus HNP yang terjadi adalah padapoint 2 di mana bantalan ruas tulang belakang bagian pinggang (lumbal) no 4-5keluar dari jalurnya dan menekan sumsum tulang belakang.
Penyakit ini tidak serta mertatimbul, melainkan akibat akumulasi dari berbagai kegiatan. Penyebab penyakitini antara lain :
-          Posturtubuh yang tidak diposisikan dengan benar.
-         Perubahandegeneratif.
-         Beratbadan berlebih.
-         Cedera/traumabenturan.
-         Merokok.
-         Batukyang lama dan terus menerus.
-         Tekananpada tulang belakang.
-         Seringmenyetir dalam waktu lama.
-         Usialanjut.
-         Kelainanpada tulang belakang.
-         Seringmengangkat beban yang berat.

Dari penyebab di atas, penyebab yangpaling mungkin terjadi pada Akang adalah sering mengangkat beban yang berat.Sejak masih di bangku kuliah Akang menyukai olahraga angkat beban. Olah ragaini rutin dilakukannya untuk membentuk otot-otot tubuhnya.

Selain itu yang mungkin juga menjadipenyebab penyakit ini pada Akang adalah sering duduk dalam waktu lama saat bekerja dan traumabenturan. Menurut Akang, sejak saat masih duduk di bangku SMP sampai kejadian kecelakaan kemarin, dia sudah beberapa kali jatuh dari motor karena hobby ngebutnya.

Gejala yang dirasakan penderita HNPadalah nyeri yang terasa menusuk tajam seperti nyeri saat sakit gigi padabagian pinggang menjalar ke lipatan bokong. HNP pada ruas pinggang jugamenimbulkan nyeri pada pinggang yang menyebar ke tungkai, umumnya ke daerahbetis. Orang awam sering menyebutnya seperti “nyetrum”. Gejala lainnya adalahrasa kesemutan, baal/kebas. Pada keadaan yang lebih berat rasa nyeri akanterasa saat berjalan atau duduk dalam waktu yang lama. Kelumpuhan pada HNPpinggang adalah ketidakmampuan berjalan dengan cara berjinjit atau berjalandengan tumit.

Kelanjutan dari nyeri akan terjadikekakuan otot yang mengakibatkan penampakan struktur pinggul dan tungkai yangterkena menjadi tak sama dengan tungkai yang sehat di sebelahnya. Sebagaigejala lanjutan, gerakan pada arah tertentu menjadi terbatas dan tidak bisamelakukan gerakan atau mobilisasi tubuh dengan sempurna layaknya orang yangsehat.

Cinta Bukan Sekedar Kata
Hidup ibarat sekotak pensil crayon. Kita tak hanya memperoleh warna-warna favorit,  ada juga warna-warna yang tak kita sukai. Semua warna  harus ada untuk membuat sekotak crayon itu menjadi lengkap.
Aku tak menyesali bahwa   kisahhidupku dan Akang  tengah dihiasi oleh semburatwarna  kelabu  bernama Hernia Nucleus Pulposus. Aku takmarah pada Tuhan, karena sudah memberi warna yang berbeda dari warna cerah ceria yang biasa Diataburkan dalam kehidupan kami. 



Aku dan Akang
Aku senang menunjukkan bakti padalelaki separuh jiwa yang meringis-ringis menahan nyeri. Aku bahagia bisamendampingi dia dalam sakitnya . Aku ikhlas menyuapkan makanan, membantu  buang air, mengambilkan wudhu, memapahtubuhnya kala ingin ke toilet, membasuh badannya agar lebih segar dan bersih,mendengar apa yang dikeluhkan, tetap tersenyum menghadapi ungkapan rewelnyakala sengatan nyeri memuncak, mendiskusikan langkah pengobatan  yang akan diambil, membelai dan menciumnyauntuk menunjukkan kasih sayangku. Tentu aku bersyukur  memiliki kesempatan melakukan hal-hal itu,  karena cinta bukanlah sekedar kata.

Hanya, ada saat-saat  tertentu yang terasa berat kujalani sebagaiperempuan cengeng alias mudah meneteskan air mata. Di saat  nyeri hebat menyiksa Akang, sungguh sulitbersandiwara  memasang tampangbiasa-biasa saja di wajahku. Hati ikut merintih-rintih melihat penderitaanAkang, sementara aku tak mampu melakukan apapun untuk meringankan sakitnya.Rasanya sungguh tak berdaya. Seandainya nyeri hebat itu bisa dibagi dua, pastisudah kulakukan.  Aku tak bolehmenitikkan air mata di depannya kalau tak ingin membuat Akang merasa lebihsengsara. Paling-paling aku masuk ke toilet pura-pura mencuci handuk kecilpadahal aku menumpahkan tangis di sana.

Bangun di sepertiga malam, ketika akumendengar dengkur Akang, terasa terbuka sebuah kesempatan berduaan denganNya. Kutumpahkan segenap rasakepada Sang Pemilik Kehidupan.  Aku  terisak bersujud memohon  dan mengiba-iba belas kasihNya untukkesembuhan lelaki belahan jiwaku. 

Siang harinya, Akang berkata dengancengiran nakal  bertengger di wajahpucatnya.

“Neng kenapa menangis dini hari tadi?Hayooo... ingat sama mantan pacar ya?” Godanya.

Ups... ketahuan  menangis. Aku  tersipu malu.

Rencana Operasi

“Saran yang bisa saya berikan  adalah operasi. Bapak boleh tidak setuju. Sayamempersilakan bila masih ingin mencari cara pengobatan lain. Tapi, sebagaidokter, solusi paling tepat menurut saya adalah operasi. “ Dokter Agus Auliaberkata dengan nada mantap.

Akang termenung. Aku tahu sangat  berat rasanya mengambil keputusan ini.  Kata “operasi “  terdengar begitu menyeramkan.

Beberapa minggu yang lalu dia pernahmencoba pengobatan  rehabilitasi medik dirumah sakit  Advent Bandung. Saat itumemang dokter di sana berhasil membuat nyeri pinggangnya hilang seketika.  Sebelum ke Bandung dia pun sudah mencobaterapi pijat di Jogjakarta, yang juga berhasil menghilangkan nyeri pinggangnya.Tapi ternyata  akar permasalahan nyeripinggang itu masih tetap ada. Dari hasil CT Scan dan  MRI sebelum dan sesudah terapi alternatif dilakukan,keadaan bantalan tulang yang mendesak sumsum tulang belakang itu masih tetapsama. Artinya hilangnya nyeri pinggang dengan pengobatan alternatif  hanya bersifat sementara. Bila terjadi salahgerakan,atau trauma benturan sedikit saja nyeri pinggang bisa  kembali menyerang, bahkan  makinhebat.
Akhirnya, sakit luar biasa  yang menyengat-nyengat  pinggang dan menjalar hingga ke betis memaksaAkang menerima solusi yang ditawarkan pria di hadapannya itu.

“Ya. Apa boleh buat kalau itu jalanyang terbaik. Menurut dokter di mana sebaiknya melakukan operasi itu, dok? “Ucapan Akang terdengar lirih.

“Saya sarankan operasi dilakukan diRSPAD. Rumah sakit itu sudah berpengalaman menangani masalah HNP terutama yangterjadi pada para tentara. Di sana operasi akan dilakukan dengan metode “microsurgery” dengan luka yang minimal. Dibantu laser, sayatan operasi hanya akandilakukan tepat di tempat yang bermasalah. Jadi dengan micro surgery, prosespenyembuhan akan lebih cepat. “ dokter Agus Aulia berdehem kecil sebelummelanjutkan penjelasannya.

“Untuk kasus Pak Sutedja ini, takperlu khawatir. Operasinya tidak akan rumit kok. Yang akan dilakukan hanyamembuang bantalan yang menonjol itu sehingga tak ada lagi yang menekan sum-sumtulang belakang. “

“Saya harus mendiskusikan masalah inidengan istri saya dan dokter perusahaan, dok. “ Akang mengalihkan pandangannyake arahku.

“Oh, tentu saja. Beri tahu saya bagaimanananti keputusannya ya.“ Ujar sang dokter sebelum berlalu.

Selanjutnya Akang terlibatperbincangan dengan dokter-dokter perusahaan via telepon. Mereka mengusulkanuntuk melakukan operasi di Rumah Sakit Pondok Indah. Di sana Akang disarankanberkonsultasi dengan DR. dr  Lutfi GatamSp.OT. Beliau adalah dokter spesialis bedah orthopaedi dan traumatologi- konsultantulang belakang, salah satu dokter Indonesia yang terbaik di Asia.

Akhirnya setelah memikirkan berbagaipertimbangan, kami sampai pada sebuah keputusan bahwa operasi akan dilakukan dirumah sakit Pondok Indah. 



Ruang Perawatan RS Pondok Indah

Selanjutnya, aku membereskan semuaurusan administrasi rumah sakit. Sore itu, Senin 3 November 2014 Akang dibawamenuju Rumah Sakit Pondok Indah dengan ambulance didampingi perawat RSPertamedika. Serah terima pasien dilakukan di Instansi Gawat Darurat  RS Pondok Indah.

Persiapan dan Operasi

Jarum jam telah menunjukkan pukul22.00 ketika seorang pria separuh baya memasuki ruang kamar. Pria itu didampingi seorang perawat dan pemuda berjas  putih yang tampaknya seorang dokter muda.

“Selamat malam, Pak. Saya dokterLutfi Gatam. Bagaimana kondisinya? “ Pria itu membuka percakapan.

Akang menjelaskan kronologispenyakitnya. Pemeriksaan berlangsung cepat. Dokter Lutfi meneliti hasil CT Scandan MRI hanya beberapa menit saja sampailah dia pada sebuah keputusan.

“Ya. Kita operasi saja. Besokpersiapan operasi, dan lusa kita lakukan. “ Tegasnya.

“Apakah dengan metode micro surgeryseperti yang ada di RSPAD, Dokter? “ Tanya Akang.

“Wah, disini malah lebih canggih.Kita akan lakukan dengan endoscopy, sebuah operasi minimal invasif yang disebut Micro Endoscopic Disektomi (MED) . MEDitu adalah tindakan bedah pada kelainan penekanan syaraf di tulang belakangdengan menggunakan camera dan luka sayatan yang kecil, lebih minimal daripadamicro surgery. “ Penjelasan dokter Lutfi Gatam seakan mengangkat beban beratyang mengganjal hatiku.

Dari hasil browsing yang kudapat, keunggulanMetode MED adalah sebagai berikut :

1.      Sayatan kecil, hanya 1-1.5 cm saja
2.      Sedikitnya kerusakan jaringan lunak
3.      Kosmetik lebih baik
4.      Penyembuhan lebih cepat
5.      Mengurangi nyeri
6.      Sedikit komplikasi
7.      Pendarahan operasi minimal

Dengan metode ini operasi gangguantulang belakang bisa lebih berhasil karena tidak mengubah anatomi tubuh dan tidakmelakukan penggeseran otot-otot tubuh. Secara tidak langsung menggunakan metodeini membuat cost yang dikeluarkan bisa lebih minim.

Dalam hati aku berharap, semoga  operasi ini berjalan lancar dan sukses, danproses penyembuhan berlangsung cepat.

Persiapan pun dilakukan. Hari Selasa4 November 2014, Akang menjalani pemeriksaan rekam jantung, check darah danurine, photo thorax, konsultasi dengan dokter jantung, dokter  penyakit dalam dan dokter anestesi.Alhamdulillah hasilnya baik.
Rekam jantung
Konsultasi dengan dokter jantung
Check darah
Keesokan harinya, Rabu 5 November2014, Akang diminta untuk puasa sejak pukul 5 pagi. Rencana operasi akandilakukan pada pukul 11.00.

Pukul 10.30, dua orang sustermenjemput ke kamar. Akang terlihat tenang, sementara aku berusaha terlihattenang. Hiks... Lututku terasa lemas dan tanganku dingin. Aku mendampingi Akang yang terbaring di  brankarmenyusuri  lorong rumah sakit, masuk kelift hingga sampai di ruang operasi lantai 2 wing B. 
Menuju ruang operasi“Ruang Operasi”. Begitulah tulisanyang terpampang di pintu masuknya. Aku merasakan ketegangan ketika pintuterkuak.

“Saya boleh masuk? “ Tanyaku ragupada seorang suster.

“Boleh, tapi hanya sampai ruangperalihan ya, Bu. Tidak boleh masuk ke ruang operasinya karena di sana harussteril dari kuman. “

Ada sebuah ruang peralihan tepat didepan pintu  ruang operasi. Aku melihatmelalui pintu kaca ada berbagai alatpemantau kondisi pasien. Petugas-petugas medis lalu lalang di ruangan  dengan baju hijau seragam operasi. Rambutmereka tertutup penutup kepala hijau dan wajah  tertutup masker.

Pukul 10.44. Aku mengecup keningAkang, dan menatap seulas senyum di bibirnya sebelum dia dipindahkan ke brankarlainnya. 

Sesaat sebelum masuk ruang operasi“Doain ya..” Ucap Akang sesaatsebelum brankarnya didorong masuk ruang operasi.

Berbagai doa dan asma Allah kuucapkan dalamhati. KepadaNya aku menitipkan semua harapanku buat kesembuhan Akang.

Seorang petugas medis dari ruangoperasi memanggilku. Dia menyodorkan sehelai kertas persetujuan operasi MEDyang harus ditanda tangani.

“Ibu, silahkan menunggu di ruangtunggu. Disana ada lampu indikator ruang operasi. Bila lampu itu menyala,artinya operasi sedang berlangsung. Bila lampunya sudah padam artinya operasisudah selesai. Suami Ibu di operasi di ruang 2. Nanti kalau operasinya sudahselesai kami akan memberitahu.“ Jelasnya.

Lampu indikator operasiLalu terduduklah aku di ruang tunggu.Dengan hati berdebar, tangan dingin dan perasaan cemas menggerayangi hati.Kutuliskan sebuah status di facebook, berharap doa yang menentramkan hati.Reaksi begitu cepat. Komentar-komentar bermunculan dan sebagian besar berisidoa dan harapan untuk kesembuhan Akang. BBM, Whatsapps dan inbox dari teman-temanbermunculan, semuanya menguatkanku. Terimakasih teman-teman..

Pukul 12. 54, seorang petugas medismuncul dari pintu ruang operasi.

“Keluarga Bapak Sutedja!” Teriaknya.

Aku bergegas menghampiri, masuk keruang peralihan.
Di ruang pemulihan pasca operasi
“Ibu, Bapak sudah selesai operasinya.Tapi dia masih dalam pengaruh bius. Kami masih akan terus memantau kondisinya.Nanti setelah benar-benar sadar dan kondisinya baik baru akan diantar ke kamarperawatan. “ Jelas petugas medis bermasker itu.

Aku menatap Akang yang terbaring diruang pemulihan melalui pintu kaca. Lega rasanya. Setidaknya satu langkahpenyembuhan telah kami lalui.

Pukul 16.45 Akang sudah kembali beradadi kamar perawatan. Alhamdulillah dia sudah ngobrol dan tertawa lagi ditemanisahabat lama dan ayah mertuaku. 

“Alhamdulillah... nyeri hebat itusudah tidak terasa lagi. Ternyata operasi itu tidak seseram yang dibayangkan. Langkahini jauh lebih baik daripada bertahan menahan sakit hanya karena takutmenjalani operasi. “ Ujarnya ketika kutanya bagaimana kondisinya.

Dukungan Sahabat, Teman dan Keluarga
Kawan-kawan,  bila kalian tertimpa sakit atau musibah,janganlah diam-diam saja. Kalian tak akan tahu betapa besar kekuatan doa dandukungan semangat dari keluarga, sahabat, tetangga dan teman-teman bisamembangkitkan ketegaran menghadapi cobaanNya.

Mulanya kami tak cerita pada siapapunmengenai kejadian Akang yang tengah sakit, hingga beberapa saat akhirnya satupersatu tetangga dan rekan kerja Akang  mengetahui kejadian itu. Bahkan pada orangtuadan saudara, kami baru menceritakan hal itu setelah Akang terbaring di RSPertamedika Sentul. Keterlaluan? Ya, memang. Hiks... Kami berkilah takmemberitahu siapa pun karena tak ingin menyusahkan, tak ingin membuatorang-orang khawatir dan sebagainya. Tampaknya seperti alasan yang baik, tapiternyata itu sebuah kesalahan.

Pak Sitepu dan Bu Emi, tetanggakuyang menjenguk ke rumah sakit menyesalkan tindakanku tak memberi tahu kondisi Akang.

“Ya ampuun, kenapa ke toilet pakailoncat-loncat? Coba kalau cerita, nggak diam-diam saja. Pasti tidak sampaiparah begini kejadiannya. Aku kan punya kruk (tongkat ketiak), tuh ada..nganggur di rumah. Kan bisa kupinjamkan.” Ujar Bu Emi sengit.

Aku dan Akang hanya bisa nyengirkuda. Malu. Tersadar telah melakukan kesalahan.

Gelombang simpati dan perhatian  saudara, rekan-rekan kerja Akang, teman-temanku, sahabatdan tetangga terus mengalir. Sejak Akang masih di rumah, rekan-rekan kerjasudah menyambangi kami, mendoakan dan memberi semangat untuk kesembuhan Akang.





Demikian juga saat di rumah sakitPertamedika.  Teman-teman arisanku, temanpengajian, teman club motor, dan tetangga silih berganti menengok kami. Di RumahSakit Pondok Indah pun  sahabat-sahabatlama kami rela menemani menghapus galauku kala menunggu operasi Akangberlangsung hingga usai.

Ayah mertuaku datang dari Palembang,dia tiba di rumah sakit saat Akang telah berada di ruang pemulihan pascaoperasi.

Perkara menyediakan waktu  menjenguk teman, tetangga, saudara dan kenalanyang sakit ternyata bukanlah hal sepele. Ada rahmat yang terkandung bagi orangyang melakukannya dan juga bagi orang yang dijenguk. Tak heran mengapa  anjuran menjenguk orang yang sakit disebutkandalam beberapa hadits, salah satu di antaranya sebagai berikut :

Diriwayatkan dari Ali  r.a., ia  berkata:  Saya mendengar   Rasulullah saw.bersabda: 

"Tiadaseorang muslim yang menjenguk orang muslim lainnya pada pagi hari kecuali iadidoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari; dan jika ia menjenguknyapada sore hari maka ia didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagihari, dan baginya kurma yang dipetik di taman surga." (HR Tirmidzi, danbeliau berkata, "Hadits hasan.")

Aku kini  merasakan bagaimana dukungan moril dan perhatianorang-orang terdekat yang meluangkan waktu menjenguk, menghibur dan mendoakankesembuhan Akang   mendatangkan kekuatan bagi kami. Rasa bahwakami tak sendiri, ada banyak orang  yangmengharapkan kesembuhan Akang membuat kami merasa lebih nyaman. Alhamdulillah...betapanikmat hikmah silaturrahmi.

“Kabarilah saudara, tetangga, kenalan, kerabat,teman dan sahabat bila tengah sakit atau tertimpa musibah. Kenapa? Karena makinbanyak yang mendoakan akan makin baik. Kita tak pernah tahu, doa siapa yangdiijabahNya dengan cepat. Mungkin saja doa tulus yang datang dari salah seorangkerabat atau teman kita  membuat Allahmembukakan pintu kesembuhan dan jalan keluar dari permasalahan kita. Kalau kitatak mengabari, kita menghilangkan kesempatan memperoleh doa makbul dariorang-orang yang tulus.  “ Demikian nasehatsalah seorang sahabat yang membuat mataku berkaca-kaca. Alhamdulillah...


Sumber: 
http://hidupku-kisahku.blogspot.com/2014/11/hernia-nucleus-pulposus-sebuah-warna.html

Tidak ada komentar: