Suatu kisah di zaman Nabi SAW, ada seorang badui sedang thawaf mengelilingi kabah, lalu si baduy itu membaca,
"Ya Karim ya Karim ya Karim" (yang Maha Pemurah).
Rasulullah lalu mengikuti membaca, "Ya Karim ya Karim" juga.
Lalu si baduy merasa Rasulullah mengolok-olok dia, dan si baduy dengan sedikit kesal bertanya,
"Siapa Kamu? Kamu nanti kulaporkan kepada bagindaku, kekasihku, Rasulullah SAW".
Lalu Rasulullah mengatakan kepada baduy itu kalau beliau adalah Rasulullah, dan sang baduy mencium Rasulullah baik tangannya maupun kakinya, dan memeluknya.
Lalu ada suatu dialog antara Rasulullah SAW dengan si baduy ini.
"Ya Fulan, jika engkau hanya mengetahui zikir ini, bagaimana Allah menghisabmu, apa yang menjadi bekalmu jika nanti dirimu meninggal?"
Lalu si baduy menjawab,
"Seandainya Allah, al Karim menghisabku, maka aku akan menghisab Allah terlebih dahulu, seberapa banyak nikmat Allah, karunia-Nya dari aku hidup sampai mati, berapa banyak daripada dosa-dosa ku?"
Dari ungkapan polos Si Baduy itu ternyata memang benar, bahwa nikmat Allah tidak bisa terhitung banyaknya karena karunia-Nya sangatlah besar, lebih besar daripada dosa-dosa kita.
***
Mungkin kebanyakan dari kita, akan melakukan sesuatu yang berat-berat di Ramadhan, tidak apa-apa, itu bagus. Tapi kita menekankan seperti baduy tadi, berbaik sangkalah kepada Allah. Karena karunia Allah, nikmat Allah itu sangat besar daripada dosa-dosa kita. Tirulah sang baduy yang berhati lapang tadi.
Pertama: Bersyukurlah kepada Allah bahwa kita ini sudah bertemu Ramadhan kembali, karena selama setahun ini banyak sekali yang meninggal, ada yang masih sakit dan lain-lain, namun kita ditakdirkan untuk bisa menjalani Ramadhan dengan sehat. Syukuri nikmat Allah Ini saja dulu. Jalani Ramadhan dengan gembira dan ringan. Kita ini hamba Allah yang penuh beban saat ini.
Lalu yang kedua, fokuslah kepada kualitas daripada kuantitas. Contohnya baduy tadi, Cuma membaca ya Karim ya Karim saja, namun dia bisa menghayati. Mungkin dia tidak hafal Al Qur'an, tapi dia menghayati ucapannya "Ya Karim" tadi, namun kualitasnya sangat tinggi, sehingga sampai-sampai Rasulullah mengikutinya, dan bisa menjawab pertanyaan Rasulullah. Jawaban itu tidak akan muncul jika dia tidak menghayati ucapannya ya Karim.
Sholatpun seperti itu, tarawih kita yang penting kualitasnya, jangan kuantitasnya. Sehingga bisa meringankan ibadah kita. Di kampung-kampung itu sholatnya memang 20 rakaat, tapi dilakukan dengan ringan dan riang.
Jangan baca ayat-ayat yang panjang. Kecuali kita berada di pesantren khusus tahfiz Qur'an. Tapi orang-orang awam seperti kita yang besok kerja, maka nanti akan memberatkan. Padahal Allah ingin kita beribadah dengan senang, dengan mudah. Jangan terlalu memberatkan.
Yang ketiga, puasa itu ibadah pengurangan makan minum, jangan kita tambah jatah makan minum kita.
Apa yang kita kurangi? Yaitu karakter buruk kita. Semisalnya kita mengurangi kegiatan berselancar di dunia maya atau mengurangi melihat sosmed, mengurangi sifat marah kita, mengurangi KEPO dengan urusan orang lain, dll. Kekhusyukan ibadah ditambah, kualitasnya yang ditambah.
Khusyuk itu adalah perasaan ibadah yang dilakukan dengan senang hati, yang nyaman. Kalau semisal ibadah kita malah membuat kita tidak nyaman dan merasa berat, maka kita tidak khusyuk itu namanya. Seperti baduy tadi, dia melakukannya dengan keriangan, dan akhirnya membuat dia menjadi khusyuk dan dia dijamin surga oleh Allah.
Sudahkah Anda khusyuk dalam melakukan ibadah Ramadhan ini?
Silakan jawab dalam hati masing-masing karena Anda yang bisa rasakan dan tahu jawabannya.
***
Sumber:
Kajian Jamuan Hati, 11 April 2021. Oleh DHBW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar